23.12.14

Pemerintah Pelajari Penghentian Impor Premium

Pemerintah masih mempelajari kemungkinan implementasi penghentian impor bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin RON 88 atau premium. Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengenai penghentian impor premium ini merupakan usul yang baik.

"Ya tentu suatu usul yang baik. Memang sejak dulu sebenarnya itu usulan karena di samping soal suplai dan kualitas untuk kendaraan karena sulfurnya kurang kan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (22/12/2014).

Dengan penghapusan impor premium, maka impor pertamax bisa meningkat. Menurut dia, tidak menjadi soal jika impor premium benar-benar dilakukan nantinya.

"Ini masalah kualitas saja, bukan masalah jumlahnya," kata Kalla.

Ia mengakui, pemerintah masih menunggu kesiapan kilang minyak dalam negeri sebelum menghentikan impor premium. Selain itu, kata Kalla, diperlukan sedikit perubahan teknis terkait implementasinya. Politikus Partai Golkar ini pun menilai penghapusan impor premium tidak akan merugikan masyarkat. Selain dari sisi suplai, kata dia, kualitas pembakaran pertamax lebih baik dibandingkan premium sehingga mesin kendaraan bisa lebih awet.

"Saya katakan itu penting untuk supplai dan kedua sangat penting kualitas pembakaran sehingga mesin-mesin itu lebih awet sebenarnya," ujar dia.

Sebelumnya Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan agar Pertamina juga melakukan importasi bensin RON 92 atau sejenis pertamax. Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri, Minggu (21/12/2014) menyampaikan, salah satu latar belakang dikeluarkannya rekomendasi tersebut adalah formula penghitungan harga indeks pasar untuk premium dan solar berdasarkan data masa lalu yang sudah relatif lama sehingga tidak mencerminkan kondisi terkini.

Anggota tim, Daniel Purba, menambahkan, dalam publikasi internasional pun saat ini sudah tidak tercantum RON 88. Produk ini, kata dia, memang tidak transparan dan likuiditas di market pun tidak banyak. Adapun yang ada di pasar internasional saat ini adalah bensin RON 92 karena memang produk inilah yang banyak diperdagangkan di pasar internasional. Selain itu, likuiditas juga cukup tinggi. Dengan demikian, mekanisme penetapan harga pasar jauh lebih transparan dibanding menggunakan Mogas 88.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berikan komentar sesuai dengan topik bahasan dan tidak melanggar unsur-unsur yang merugikan dan menghina. Komentar yang sifatnya spam akan dihapus.
Terimakasih sudah berkunjung dan memberikan komentar di blog Kawan Bicara.